A. Pendahuluan
Konsep Skrining
untuk kanker
tahap dini
tentunya telah
memberikan
keuntungan pada
kanker cerviks.
Insiden invasifnya
penyakit telah
turun drastic
hamper 50% sejak
tahun 1945 di
Amerika Serikat.
Selama periode
waktu yang sama,
insiden dari tahap
dini yaitu
Karsinoma In Situ
(CIS) telah
meningkat secara
mengejutkan kira-
kira 45.000 kasus
baru setiap
tahunnya. Insiden
penyakit invasif
adalah 13.500
kasus, dengan
sekitar 4400
diperkirakan
meninggal dunia.
Puncak kejadian
dari kanker cerviks
invasif adalah
antara usia 45-55
tahun, sedangkan
puncak CIS terjadi
10 tahun lebih
awal. Kenker
cerviks secara
terus- menerus
tetap menjadi
masalah kesehatan
pada wanita di
negara- Negara
kurang
berkembang.
Wanita- wanita
Amerika asal
Afrika dan
Amerika asal
Hispanik
mempunyai angka
kejadian kanker
cerviks yang lebih
tinggi
dibandingkan
dengan kelompok
masyarakat
keturunan kulit
putih (Caucasian)
di Amerika Serikat.
B. Pengertian
Kanker cerviks
adalah tumor
ganas yang
tumbuh didalam
leher rahim atau
cerviks (bagian
terendah dari
rahim yang
menempel pada
puncak vagina).
Kanker cerviks
biasanya
menyerang wanita
berusia 35-55
tahun.(Nada,
2007)
C. Etiologi
Penyebab
terjadinya kanker
cerviks tidak
diketahui secara
pasti, tetapi
terdapat beberapa
factor resiko yang
berpengaruh
terhadap
terjadinya kanker
cerviks. Adapun
faktor- faktor
resiko dari kanker
cerviks adalah :
1. Wanita
a. Menjalankan
aktivitas seksual di
usia muda
b. Sering berganti-
ganti pasangan
c. Prostitusi
(mempunyai
resiko 4x lipat
tehadap
berkembangnya
kanker cerviks)
d. Perokok
e. Usia
f. Status sosial
ekonomi
g. Terpajan pada
virus HIV
2. Pria (Penyebab
Potensial)
a. Kandungan
sperma
b. Kondisi higienis
c. Jumlah
pasangan seksual
d. Perokok
e. Kanker penis
D. Jenis Kanker
1. Menurut
Danielle .G. dan
Jane Charette.
Dalam buku
Keperawatan
Onkologi
Ada 2 tipe utama
kanker cerviks
secara histologi
yaitu :
a. Karsinoma
Skuamosa, terdiri
dari 80-95%
kanker dan terjadi
lebih sering pada
wanita usia lanjut.
b.
Adenokarsinoma.
Sisa dari kasus
yang ada terjadi
lebih sering pada
wanita usia muda
dan cenderung
akan menjadi
kanker yang
agresif
(berkembang
dengan sangat
cepat)
2. Ada beberapa
klasifikasi, tapi
paling banyak
penganutnya ialah
yang dibuat oleh
IFGO, yaitu
sebagai berikut :
a. Stage 0 :
Carsinoma In Situ
= Ca Intraepitelial =
Ca Preinvasif
b. Stage 1 : Ca
terbatas pada
cerviks
c. Stage 1a :
Disertai invasi dari
stroma (preclinical
Ca) yang hanya
diketahui secara
histologis
d. Stage 1b :
semua kasus-
kasus lainnya dari
stage 1
e. Stage II : sudah
menjalar keluar
cerviks tapi belum
sampai ke
panggul, telah
mengenai dinding
vagina tapi tidak
melebihi 2/3
bagian proximal
f. Stage III : sudah
sampai dinding
panggul dari 1/3
bagian bawah
vagina
g. Stage IV : sudah
mengenai organ-
organ lain
E. Tanda dan
Gejala
1. Gejala muncul
ketika sel serviks
yang abnormal
berubah menjadi
keganasan dan
menyusup ke
jaringan
sekitarnya. Tidak
ada tanda dan
gejala yang
spesifik untuk
kanker serviks ini.
a. Perdarahan
vagina abnormal
Dapat
berkembang
menjadi ulserasi
pada permukaan
epitel serviks,
tetapi tidak selalu
ada.
b. Nyeri abdomen
dan punggung
bagian bawah
Menandakan
bahwa
perkembangan
penyakit sangat
cepat.
c. Menstruasi
abnormal (lebih
lama dan ebih
banyak)
d. Keputihan yang
menetap, dengan
cairan yang encer,
berwarna merah
muda, coklat,
mengandung
darah atau hitam
serta bau busuk.
2. Gejala kanker
serviks stadium
lanjut
a. Nafsu makan
berkurang
(anoreksia),
penurunan berat
badan, dan
kelelahan
b. Nyeri panggul,
punggung dan
tungkai
c. Dari vagina
keluar air kemih
atau feses
d. Patah tulang
F. Pemeriksaan
Diagnostik
1. Pap smear
Pap smear
dilakukan pada
wanita usia 18
tahun atau ketika
telah melakukan
aktivitas seksual
sebalum itu,
misalnya menikah.
Setelah 3 kali hasil
pemeriksaan
tahunan
menunjukkan
negative maka
selanjutnya harus
melakukan
pemeriksaan
setiap tiga tahun
sekali sampai
umur 65 tahun.
2. Kolposkopi
(pemeriksaan
serviks dengan
lensa pembesar)
Kolposkopi
dilakukan ketika
ditemukan
displasia atau
kersinoma insitu.
Alat ini
memberikan
gambaran tentang
pembesaran
serviks dan daerah
abnormal yang
mungkin dapat
dibiopsi.
3. Kuretase
endoserviks
Kuretase
endoserviks
dilakukan jika
daerah abnormal
tidak terlihat.
4. Biopsy kerucut
Biopsy kerucut
adalah mengambil
tonjolan jaringan
serviks yang lebih
besar untuk
penelitian apakah
ada atau tidak
kanker invasive.
5. MRI/CT scan
abdomen atau
pelvis
MRI/CT scan
abdomen atau
pelvis digunakan
untuk menilai
penyebaran local
dari tumor dan
atau terkenanya
nodus limfa
regional.
6. Tes Schiller
Tes Schiller
dilakukan dengan
cara serviks diolesi
dengan larutan
yodium, sel yang
sehat warnanya
akan berubah
menjadi coklat
sedangkan sel
yang abnormal
warnanya menjadi
putih atau kuning.
G.
Penatalaksanaan
1. Terapi local
Terapi local
dilakukan pada
penyakit
prainvasif, yang
meliputi biopsy,
cauterasi, terapi
laser, konisasi, dan
bedah buku.
2. Histerektomi
Histerektomi
mungkin juga
dilakukan
tergantung pada
usia wanita, status
anak, dan atau
keinginan untuk
sterilisasi.
Histerektomi
radikal adalah
pengangkatan
uterus, pelvis dan
nodus limfa para
aurtik.
3. Pembedahan
dan terapi radiasi
a. Pembedahan
dilakukan untuk
pengangkatan sel
kanker.
b. Dilakukan pada
kanker serviks
invasive
c. Pada terapi
batang
eksternalbertujuan
mengatahui luas
dan lokasi tumor
serta mengecilkan
tumor
4. Radioterapi
batang eksternal
a. Dilakukan jika
nodus limfe positif
terkena dan bila
batas-batas
pembedahan itu
tegas
b. Untuk terapi
radiasi ini biasanya
para wanita
dipasang kateter
urine sehingga
tetap berada di
tempat tidur,
makan makanan
dengan diet ketat
dan memakan
obat untuk
mencegah
defekasi, karena
pada terapi ini
biasanya
terpasang tampon
(aplikator)
5. Eksenterasi
pelvic
a. Dilakukan jika
terjadi kanker
setempat yang
berulang
b. Dapat dilakukan
pada bagian
anterior, posterior,
atau total
tergantung organ
yang diangkat
ditambah dengan
uterus dan nodus
limfa disekitarnya.
6. Kolostomi dan
illeustomi
Illeustomi
dilakukan untuk
sebagai saluran
pembuangan
illeus.
7. Terapi biologi
Yaitu dengan
memperkuat
system kekebalan
tubuh (system
imun)
8. Kemoterapi
Dengan
menggunakan
obat-obatan
sitostastik.
H. Komplikasi
1. Berkaitan
dengan intervensi
pembedahan
a. Vistula Uretra
b. Disfungsi
bladder
c. Emboli
pulmonal
d. Infeksi pelvis
e. Obstruksi usus
2. Berkaitan
dengan
kemoterapi
a. Sistitis radiasi
b. Enteritis
3. Berkaitan
dengan
kemoterapi
a. Supresi
sumsum tulang
b. Mual muntah
akibat pengunaan
obat kemoterapi
yang
mengandung
sisplatin
c. Kerusakan
membrane
mukosa GI
d. Mielosupresi
I. Pencegahan
Ada beberapa cara
untuk mencegah
kanker serviks,
yaitu:
1. Mencegah
terjadi infeksi HPV
2. Melakukan
pemeriksaan Pap
Smear secara
teratur
3. Tidak boleh
melakukan
hubungan seksual
pada anak
perempuan di
bawah 18 tahun
4. Jangan
melakukan
hubungan seksual
dengan penderita
kelamin atau
gunakan kondom
untuk mencegah
penularan penyakit
5. Jangan
berganti-ganti
pasangan seksual
6. Berhenti
merokok
J. Diagnosa Dan
Intervensi
1. Ketakutan atau
ansietas
berhubungan
dengan ancaman
kematian
Intervensi:
a. Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
pikiran dan
perasaannya
b. Berikan
lingkungan
terbuka dimana
pasien merasa
aman untuk
mendiskusikan
perasaannya
c. Pertahankan
kontak sesering
mungkin dengan
pasien. Bicara
dengan
menyentuh
pasien.
d. Berikan
informasi akurat
dan konsisiten
mengenai
proknosis
e. Jelaskan
pengobatan yang
dianjurkan, tujuan,
dan potensial efek
samping
2. Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
penyakit.
a. Kaji tingkat
nyeri, lokasi,
frekuensi, durasi,
dan tindakan
penghilang nyeri
yang digunakan
b. Berikan tindakan
kenyamanan
dasar, missal
reposisi, gosokan
punggung dan
aktivitas hiburan
(musik,TV)
c. Dorong
penggunaan
keterampilan
menegement
nyeri, missal
relaksasi,visualisasi,
imajinasi,tertawa
musik dan
sentuhan
terapeutik
d. Berikan
analgetik sesuai
indikasi
3. Resiko tinggi
terjadinya infeksi
berhubungan
dengan
pertahanan
sekunder dan
imunosupresi
Intervensi
a. Tingkatkan
prosedur mencuci
tangansebelu dan
sesudah
melakukan
tindakan
b. Pantau TTV
c. Tekankan
personal hygiene
d. Kaji semau
system ( kulit,
pernafasan,
genetourinaria )
terhadap tanda
dan gejala infeksi
secara continue
e. Batasi prosedur
invasive
f. Beriakan
antibiotic sesuai
indikasi
4. Resiko tinggi
kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan efek
radiasi dan
kemoterapi
a. Kaji kulit dengan
sering terhadap
efek samping
terapi kanker
b. Mandikan
dengan air hangat
dan sabun ringan
c. Dorong pasien
untuk
menghindari
menggaruk dan
menepuk kulit
yang kering
d. Anjurkan pasien
untuk
menghindari krim
kulit apapun
kecuali seizing
dokter
5. Kurang
pengetahuan
berhubungan
dengan tidak
mengenal sumber
informasi
intervensi
a. Tinjau ulang
dengan pasien
atau orang
terdekat
pemahaman
diagnosa khusus,
alternative
pengobatan dan
sifat harapan
b. Berikan
informasi yang
jelas dan
akuratdalam cara
yang nyata tetapi
sensitive
c. Tentukan
persepsi pasien
tentang kanker
dan pengobatan
kanker
6. Resiko tinggi
perubahan pola
Intervensi
a. Diskusikan
dengan pasien dan
orang terdekat
sifat seksualitas
dan reaksi bila ini
berubah atau
terancam
b. Ajarkan pasien
tentang efek
samping dari
pengobatan
kanker yang
diketahui
mempengaruhi
seksualitas
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono. 1994.
Ilmu Kandungan.
Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka
Sarwono
Prawirohardjo.
Sastrawinata,
Sulaiman. 1973.
Ginekologi.
Bandung: Eleman-
Elstar Offset
Doengoes,
marillyn. 1997.
Rencana Asuhan
Keperawatan.
Jakarta:EGC
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar