• Feed RSS

Pages

2
PONSEL pintar modern
seperti iPhone dan
Android Google
merupakan perangkat
yang lebih kompleks
daripada komputer
desktop. Namun
semuanya memiliki risiko
keamanan yang sama.
Meskipun tersiar kabar
jumlah virus di ponsel
pintar meningkat 46%
pada tahun 2010, banyak
pengguna yang naïf dari
ancaman penjahat cyber.
Berikut ini ada lima cara
sederhana melindungi
ponsel pintar:
1.Gunakan PIN atau
password
Pastikan ada PIN untuk
mengakses home screen
pada ponsel. Hal ini
membuat kecil
kemungkinan setiap orang
mengakses data pribadi
Anda jika ponsel hilang
atau dicuri.
2. Up date sistem
operasi
Baik Apple maupun
Google selalu melakukan
update regular untuk
sistem operasi produk
ponsel pintarnya, yang
meliputi patch untuk
kerentanan keamanan
yang baru ditemukan. Jadi
pastikan ponsel pintar
Anda menjalankan versi
terbaru.
3. Hati-hati dengan
aplikasi
Jika mengunduh aplikasi
dari toko-toko resmi
aplikasi, terkadang
malware bisa lolos
pemeriksaan. Jadi pastikan
melihat review pengguna
lain terlebih dahulu.
4.Matikan Wi-Fi dan
Bluetooth
Jika tidak digunakan,
matikan fitur komunikasi
nirkabel seperti Wi-Fi dan
Bluetooth. Bila tidak hacker
bisa menggunakannya
mengakses jarak jauh
data di ponsel pintar
Anda. Bila menggunakan
Wi-Fi pastikan berada
pada jaringan terenkripsi
yang membutuhkan
password.
5.Backup data
Jika ponsel pintar
bermasalah, terkadang
satu-satunya cara
menghapus virus adalah
sepenuhnya menghapus
memori. Jadi pastikan
membuat backup data
secara teratur untuk
menjaga kontak, pesan,
foto, dan aplikasi pada
ponsel Anda.
0
Gunakan opera mini 4 atau sejenisnya yang bisa di copy paste alamat urlnya, berikut langkah-langkahnya:
* Buka situs www.getjar.com, atau wap.getjar.com
* Download sebuah file
* Setelah menemui url filenya yang kita download ( di tandai dengan kata: open
* Tekan #1 lalu akan muncul url di bagian atas, contoh: http://wap.getjar.com/file.jad?
* Ganti kata ''jad'' dengan ''zip''
* Maka url jadi: http://wap.getjar.com/file.zip?
* Klik pergi ke/go to
* Lalu pilih open atau save
* Selesai... Tinggal di rename file zip ke jar.
0
A. Pengertian
Dengue haemorhagic
fever (DHF) adalah
penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue sejenis
virus yang tergolong
arbovirus dan masuk
kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk
aedes aegypty (Christantie
Efendy,1995 ).
Dengue haemorhagic
fever (DHF) adalah
penyakit yang terdapat
pada anak dan orang
dewasa dengan gejala
utama demam, nyeri otot
dan nyeri sendi yang
disertai ruam atau tanpa
ruam. DHF sejenis virus
yang tergolong arbo virus
dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk aedes
aegypty (betina)
(Seoparman, 1990).
DHF adalah demam
khusus yang dibawa oleh
aedes aegypty dan
beberapa nyamuk lain
yang menyebabkan
terjadinya demam.
Biasanya dengan cepat
menyebar secara
efidemik. (Sir, Patrick
manson, 2001).
B. Etiologi
1. Virus dengue sejenis
arbovirus.
2. Virus dengue
tergolong dalam family
Flavividae dan dikenal ada
4 serotif, Dengue 1 dan 2
ditemukan di Irian ketika
berlangsungnya perang
dunia ke II, sedangkan
dengue 3 dan 4
ditemukan pada saat
wabah di Filipina tahun
1953-1954. Virus dengue
berbentuk batang, bersifat
termoragil, sensitif
terhadap in aktivitas oleh
diatiter dan natrium
diaksikolat, stabil pada
suhu 70 oC.
Keempat serotif tersebut
telah di temukan pula di
Indonesia dengan serotif
ke 3 merupakan serotif
yang paling banyak.
C. Patofisiologi
Virus akan masuk ke
dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk aedes
aegypty dan kemudian
akan bereaksi dengan
antibody dan terbentuklah
kompleks virus-antibody.
Dalam sirkulasi akan
mengaktivasi system
komplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan
dilepas C3a dan C5a,dua
peptida yang berdaya
untuk melepaskan
histamine dan merupakan
mediator kuat sebagai
factor
meningkatnya
permeabilitas dinding
pembuluh darah dan
menghilangkan plasma
melalui endotel dinding
itu.
Terjadinya trobositopenia,
menurunnya fungsi
trombosit dan
menurunnya faktor
koagulasi (protombin dan
fibrinogen) merupakan
factor penyebab
terjadinya perdarahan
hebat , terutama
perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan
beratnya penyakit adalah
meningginya
permeabilitas dinding
pembuluh darah,
menurunnya volume
plasma, terjadinya
hipotensi,
trombositopenia dan
diathesis hemorrhagic,
renjatan terjadi secara
akut.
Nilai hematokrit meningkat
bersamaan dengan
hilangnya plasma melalui
endotel dinding pembuluh
darah. Dan dengan
hilangnya plasma klien
mengalami hipovolemik.
Apabila tidak diatasi bisa
terjadi anoxia jaringan,
acidosis metabolic dan
kematian.
D. Tanda dan gejala
1. Demam tinggi selama
5 – 7 hari.
2. Mual, muntah, tidak
ada nafsu makan, diare,
konstipasi.
3. Perdarahan terutama
perdarahan bawah kulit,
ptechie, echymosis,
hematoma.
4. Epistaksis,
hematemisis, melena,
hematuri.
5. Nyeri otot, tulang
sendi, abdoment, dan ulu
hati.
6. Sakit kepala.
7. Pembengkakan sekitar
mata.
8. Pembesaran hati,
limpa, dan kelenjar getah
bening.
9. Tanda-tanda renjatan
(sianosis, kulit lembab dan
dingin, tekanan darah
menurun, gelisah,
capillary refill lebih dari
dua detik, nadi cepat dan
lemah).
E. Pemeriksaan
penunjang
Darah
1. Trombosit menurun.
2. HB meningkat lebih 20 %
3. HT meningkat lebih 20 %
4. Leukosit menurun pada
hari ke 2 dan ke 3
5. Protein darah rendah
6. Ureum PH bisa meningkat
7. NA dan CL rendah
Serology : HI
(hemaglutination inhibition
test).
1. Rontgen thorax : Efusi
pleura.
2. Uji test tourniket (+)
F. Penatalaksanaan
Tirah baring
Pemberian makanan
lunak
Pemberian cairan
melalui infus
Pemberian obat-
obatan : antibiotic,
antipiretik
Anti konvulsi jika terjadi
kejang
Monitor tanda-tanda
vital (Tekanan Darah,
Suhu, Nadi, RR).
Monitor adanya tanda-
tanda renjatan
Monitor tanda-tanda
perdarahan lebih lanjut
Periksa HB,HT, dan
Trombosit setiap hari.
G. Tumbuh kembang
pada anak usia 6-12
tahun
Pertumbuhan merupakan
proses bertambahnya
ukuran berbagai organ
fisik berkaitan dengan
masalah perubahan dalam
jumlah, besar, ukuran
atau dimensi tingkat sel.
Pertambahan berat badan
2 – 4 Kg / tahun dan pada
anak wanita sudah mulai
mengembangkan cirri sex
sekundernya.
Perkembangan
menitikberatkan pada
aspek diferensiasi bentuk
dan fungsi termasuk
perubahan sosial dan
emosi.
1. Motorik kasar
Loncat tali
Memukul
Badminton
Motorik kasar di bawah
kendali kognitif dan
berdasarkan secara
bertahap meningkatkan
irama dan kehalusan.
2. Motorik halus
Menunjukan
keseimbangan dan
koordinasi mata dan
tangan
Dapat meningkatkan
kemampuan menjahit,
membuat model dan
bermain alat musik.
3. Kognitif
Dapat berfokus pada lebih
dan satu aspek dan situasi
Dapat
mempertimbangkan
sejumlah alternatif dalam
pemecahan masalah
Dapat membelikan cara
kerja dan melacak urutan
kejadian kembali sejak
awal
Dapat memahami konsep
dahulu, sekarang dan
yang akan datang.
4. Bahasa
Mengerti kebanyakan kata-
kata abstrak
Memakai semua bagian
pembicaraan termasuk
kata sifat, kata keterangan,
kata penghubung dan kata
depan
Menggunakan bahasa
sebagai alat pertukaran
verbal
Dapat memakai kalimat
majemuk dan gabungan.
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA
ANAK DENGAN DHF
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan
tahap awal yang dilakukan
perawat untuk
mendapatkan data yang
dibutuhkan sebelum
melakukan asuhan
keperawatan . pengkajian
pada pasien dengan “DHF”
dapat dilakukan dengan
teknik wawancara,
pengukuran, dan
pemeriksaan fisik. Adapun
tahapan-tahapannya
meliputi :
Mengidentifikasi sumber-
sumber yang potensial
dan tersedia untuk
memenuhi kebutuhan
pasien.
Kaji riwayat keperawatan.
Kaji adanya peningkatan
suhu tubuh ,tanda-tanda
perdarahan, mual,
muntah, tidak nafsu
makan, nyeri ulu hati,
nyeri otot dan sendi,
tanda-tanda syok (denyut
nadi cepat dan lemah,
hipotensi, kulit dingin dan
lembab terutama pada
ekstrimitas, sianosis,
gelisah, penurunan
kesadaran).
2. Diagnosa
keperawatan yang
Muncul
1. Hipertermi berhubungan
dengan proses infeksi
virus dengue.
2. Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
mual, muntah, tidak ada
nafsu makan.
3. Intervensi
Diagnosa 1. :
Gangguan volume cairan
tubuh kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas
kapiler, perdarahan ,
muntah dan demam.
Tujuan : Gangguan
volume cairan tubuh
dapat teratasi
Kriteria hasil :
Volume cairan tubuh
kembali normal
Intervensi :
Kaji KU dan kondisi pasien
Observasi tanda-tanda
vital ( S,N,RR )
Observasi tanda-tanda
dehidrasi
Observasi tetesan infus
dan lokasi penusukan
jarum infus
Balance cairan (input dan
out put cairan)
Beri pasien dan anjurkan
keluarga pasien untuk
memberi minum banyak
Anjurkan keluarga pasien
untuk mengganti pakaian
pasien yang basah oleh
keringat.
Diagnosa 2. :
Hipertermi berhubungan
dengan proses infeksi
virus dengue.
Tujuan : Hipertermi dapat
teratasi
Kriteria hasil :
Suhu tubuh kembali
normal
Intervensi :
Observasi tanda-tanda
vital terutama suhu tubuh
Berikan kompres dingin
(air biasa) pada daerah
dahi dan ketiak
Ganti pakaian yang telah
basah oleh keringat
Anjurkan keluarga untuk
memakaikan pakaian yang
dapat menyerap keringat
seperti terbuat dari katun.
Anjurkan keluarga untuk
memberikan minum
banyak kurang lebih 1500
– 2000 cc per hari
kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian Therapi,
obat penurun panas.
Diagnosa 3. :
Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
mual,
muntah, tidak ada nafsu
makan.
Tujuan : Gangguan
pemenuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil :
Intake nutrisi klien
meningkat
Intervensi :
Kaji intake nutrisi klien dan
perubahan yang terjadi
Timbang berat badan klien
tiap hari
Berikan klien makan dalam
keadaan hangat dan
dengan porsi sedikit tapi
sering
Beri minum air hangat bila
klien mengeluh mual
Lakukan pemeriksaan fisik
Abdomen (auskultasi,
perkusi, dan palpasi).
Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian Therapi
anti emetik.
Kolaborasi dengan tim gizi
dalam penentuan diet
KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN
Bronchopneumoni
adalah salah satu jenis
pneumonia yang
mempunyai pola
penyebaran berbercak,
teratur dalam satu atau
lebih area terlokalisasi di
dalam bronchi dan
meluas ke parenkim paru
yang berdekatan di
sekitarnya. (Smeltzer &
Suzanne C, 2002 : 572)
Bronchopneomonia
adalah penyebaran daerah
infeksi yang berbercak
dengan diameter sekitar 3
sampai 4 cm mengelilingi
dan juga melibatkan
bronchi. (Sylvia A. Price &
Lorraine M.W, 1995 : 710)
Menurut Whaley & Wong,
Bronchopneumonia
adalah bronkiolus terminal
yang tersumbat oleh
eksudat, kemudian
menjadi bagian yang
terkonsolidasi atau
membentuk gabungan di
dekat lobulus, disebut
juga pneumonia lobaris.
Bronchopneumonia
adalah suatu peradangan
paru yang biasanya
menyerang di bronkeoli
terminal. Bronkeoli
terminal tersumbat oleh
eksudat mokopurulen
yang membentuk bercak-
barcak konsolidasi di lobuli
yang berdekatan. Penyakit
ini sering bersifat
sekunder, menyertai
infeksi saluran pernafasan
atas, demam infeksi yang
spesifik dan penyakit yang
melemahkan daya tahan
tubuh.(Sudigdiodi dan
Imam Supardi, 1998)
Kesimpulannya
bronchopneumonia
adalah jenis infeksi paru
yang disebabkan oleh
agen infeksius dan
terdapat di daerah
bronkus dan sekitar
alveoli.
B. ETIOLOGI
Secara umun individu
yang terserang
bronchopneumonia
diakibatkan oleh adanya
penurunan mekanisme
pertahanan tubuh
terhadap virulensi
organisme patogen.
Orang yang normal dan
sehat mempunyai
mekanisme pertahanan
tubuh terhadap organ
pernafasan yang terdiri
atas : reflek glotis dan
batuk, adanya lapisan
mukus, gerakan silia yang
menggerakkan kuman
keluar dari organ, dan
sekresi humoral setempat.
Timbulnya
bronchopneumonia
disebabkan oleh virus,
bakteri, jamur, protozoa,
mikobakteri, mikoplasma,
dan riketsia. (Sandra M.
Nettiria, 2001 : 682) antara
lain:
1. Bakteri : Streptococcus,
Staphylococcus, H.
Influenzae, Klebsiella.
2. Virus : Legionella
pneumoniae
3. Jamur : Aspergillus
spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan,
sekresi orofaringeal atau
isi lambung ke dalam
paru-paru
5. Terjadi karena kongesti
paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia
adalah akibat flora normal
yang terjadi pada pasien
yang daya tahannya
terganggu, atau terjadi
aspirasi flora normal yang
terdapat dalam mulut dan
karena adanya
pneumocystis cranii,
Mycoplasma. (Smeltzer &
Suzanne C, 2002 : 572 dan
Sandra M. Nettina, 2001 :
682)
C. PATHOFISIOLOGI
Bronchopneumonia selalu
didahului oleh infeksi
saluran nafas bagian atas
yang disebabkan oleh
bakteri staphylococcus,
Haemophillus influenzae
atau karena aspirasi
makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan
kemudian sebagian
kuman tersebut masukl ke
saluran pernafasan bagian
bawah dan menyebabkan
terjadinya infeksi kuman
di tempat tersebut,
sebagian lagi masuk ke
pembuluh darah dan
menginfeksi saluran
pernafasan dengan
ganbaran sebagai berikut:
1. Infeksi saluran nafas
bagian bawah
menyebabkan tiga hal,
yaitu dilatasi pembuluh
darah alveoli, peningkatan
suhu, dan edema antara
kapiler dan alveoli.
2. Ekspansi kuman melalui
pembuluh darah
kemudian masuk ke
dalam saluran pencernaan
dan menginfeksinya
mengakibatkan terjadinya
peningkatan flora normal
dalam usus, peristaltik
meningkat akibat usus
mengalami malabsorbsi
dan kemudian terjadilah
diare yang beresiko
terhadap gangguan
keseimbangan cairan dan
elektrolit.
(Soeparman, 1991)
D. MANIFESTASI
KLINIS
Bronchopneumonia
biasanya didahului oleh
suatu infeksi di saluran
pernafasan bagian atas
selama beberapa hari.
Pada tahap awal,
penderita
bronchopneumonia
mengalami tanda dan
gejala yang khas seperti
menggigil, demam, nyeri
dada pleuritis, batuk
produktif, hidung
kemerahan, saat bernafas
menggunakan otot
aksesorius dan bisa timbul
sianosis.
(Barbara C. long,
1996 :435)
Terdengar adanya krekels
di atas paru yang sakit
dan terdengar ketika
terjadi konsolidasi
(pengisian rongga udara
oleh eksudat).
(Sandra M. Nettina, 2001 :
683)
E. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Untuk dapat menegakkan
diagnosa keperawatan
dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan
Laboratorium
• Pemeriksaan darah
• Pemeriksaan sputum
• Analisa gas darah
• Kultur darah
• Sampel darah, sputum,
dan urin
2. Pemeriksaan Radiologi
• Rontgenogram Thoraks
• Laringoskopi/
bronkoskopi
F. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas
tidak efektif berhubungan
dengan inflamasi
trakeobronkial,
pembentukan edema,
peningkatan produksi
sputum. (Doenges, 1999 :
166)
2. Gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan
perubahan membran
alveolus kapiler, gangguan
kapasitas pembawa
aksigen darah, ganggguan
pengiriman oksigen.
(Doenges, 1999 : 166)
3. Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan
proses inflamasi dalam
alveoli. (Doenges,
1999 :177)
4. Gangguan
keseimbangan cairan dan
elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan
berlebih, penurunan
masukan oral. (Doenges,
1999 : 172)
5. Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
kebutuhan metabolik
sekunder terhadap
demam dan proses
infeksi, anoreksia yang
berhubungan dengan
toksin bakteri bau dan
rasa sputum, distensi
abdomen atau gas.
( Doenges, 1999 : 171)
6. Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan
insufisiensi oksigen untuk
aktifitas sehari-hari.
(Doenges, 1999 : 170)
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E.
(1999). Rencana Asuhan
Keperawatan :Pedoman
Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian
Perawatan Pasien.
Jakarta :EGC
Nettina, Sandra M.
(1996). Pedoman Praktik
Keperawatan. Jakarta :EGC
Long, B. C.(1996).
Perawatan Madikal Bedah.
Jilid 2. Bandung :Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan
Soeparman, Sarwono
Waspadji. (1991). Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II.
Jakarta :Balai Penerbit FKUI
Sylvia A. Price, Lorraine
Mc Carty Wilson. (1995).
Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit.
Jakarta :EGC