A. DEFINISI
Glaukoma adalah
suatu penyakit
yang memberikan
gambaran klinik
berupa peninggian
tekanan bola mata,
penggaungan
papil saraf optik
dengan defek
lapang pandangan
mata.(Sidarta
Ilyas,2000).
Galukoma adalah
sekelompok
kelainan mata
yang ditandai
dengan
peningkatan
tekanan
intraokuler.( Long
Barbara, 1996)
B. ETIOLOGI
Penyakit yang
ditandai dengan
peninggian
tekanan intraokuler
ini disebabkan
oleh :
- Bertambahnya
produksi cairan
mata oleh badan
ciliary
- Berkurangnya
pengeluaran cairan
mata di daerah
sudut bilik mata
atau di celah pupil
C. KLASIFIKASI
1. Glaukoma
primer
- Glaukoma sudut
terbuka
Merupakan
sebagian besar
dari glaukoma
( 90-95% ) , yang
meliputi kedua
mata. Timbulnya
kejadian dan
kelainan
berkembang
secara lambat.
Disebut sudut
terbuka karena
humor
aqueousmempun
pintu terbuka ke
jaringan
trabekular.
Pengaliran
dihambat oleh
perubahan
degeneratif
jaringan rabekular,
saluran schleem,
dan saluran yg
berdekatan.
Perubahan saraf
optik juga dapat
terjadi. Gejala awal
biasanya tidak ada,
kelainan diagnose
dengan
peningkatan TIO
dan sudut ruang
anterior normal.
Peningkatan
tekanan dapat
dihubungkan
dengan nyeri mata
yang timbul.
- Glaukoma sudut
tertutup(sudut
sempit)
Disebut sudut
tertutup karena
ruang anterior
secara anatomis
menyempit
sehingga iris
terdorong ke
depan, menempel
ke jaringan
trabekular dan
menghambat
humor aqueous
mengalir ke
saluran schlemm.
Pergerakan iris ke
depan dapat
karena
peningkatan
tekanan vitreus,
penambahan
cairan di ruang
posterior atau
lensa yang
mengeras karena
usia tua. Gejala
yang timbul dari
penutupan yang
tiba- tiba dan
meningkatnya
TIO, dapat berupa
nyeri mata yang
berat, penglihatan
yang kabur dan
terlihat hal.
Penempelan iris
menyebabkan
dilatasi pupil, bila
tidak segera
ditangani akan
terjadi kebutaan
dan nyeri yang
hebat.
2. Glaukoma
sekunder
Dapat terjadi dari
peradangan mata ,
perubahan
pembuluh darah
dan trauma .
Dapat mirip
dengan sudut
terbuka atau
tertutup
tergantung pada
penyebab.
- Perubahan lensa
- Kelainan uvea
- Trauma
- bedah
3. Glaukoma
kongenital
- Primer atau
infantil
- Menyertai
kelainan kongenital
lainnya
4. Glaukoma
absolut
Merupakan
stadium akhir
glaukoma
( sempit/ terbuka)
dimana sudah
terjadi kebutaan
total akibat tekanan
bola mata
memberikan
gangguan fungsi
lanjut .Pada
glaukoma absolut
kornea terlihat
keruh, bilik mata
dangkal, papil
atrofi dengan
eksvasi
glaukomatosa,
mata keras seperti
batu dan dengan
rasa sakit.sering
mata dengan buta
ini mengakibatkan
penyumbatan
pembuluh darah
sehingga
menimbulkan
penyulit berupa
neovaskulisasi
pada iris, keadaan
ini memberikan
rasa sakit sekali
akibat timbulnya
glaukoma
hemoragik.
Pengobatan
glaukoma absolut
dapat dengan
memberikan sinar
beta pada badan
siliar, alkohol
retrobulber atau
melakukan
pengangkatan bola
mata karena mata
telah tidak
berfungsi dan
memberikan rasa
sakit.
Berdasarkan
lamanya :
1. GLAUKOMA
AKUT
a. Definisi
Glaukoma akut
adalah penyakit
mata yang
disebabkan oleh
tekanan intraokuler
yang meningkat
mendadak sangat
tinggi.
b. Etiologi
Dapat terjadi
primer, yaitu
timbul pada mata
yang memiliki
bakat bawaan
berupa sudut bilik
mata depan yang
sempit pada kedua
mata, atau secara
sekunder sebagai
akibat penyakit
mata lain. Yang
paling banyak
dijumpai adalah
bentuk primer,
menyerang pasien
usia 40 tahun atau
lebih.
c. Faktor
Predisposisi
Pada bentuk
primer, faktor
predisposisinya
berupa pemakaian
obat-obatan
midriatik, berdiam
lama di tempat
gelap, dan
gangguan
emosional. Bentuk
sekunder sering
disebabkan
hifema, luksasi/
subluksasi lensa,
katarak intumesen
atau katarak
hipermatur, uveitis
dengan suklusio/
oklusio pupil dan
iris bombe, atau
pasca
pembedahan
intraokuler.
d. Manifestasi klinik
1). Mata terasa
sangat sakit. Rasa
sakit ini mengenai
sekitar mata dan
daerah belakang
kepala .
2). Akibat rasa
sakit yang berat
terdapat gejala
gastrointestinal
berupa mual dan
muntah , kadang-
kadang dapat
mengaburkan
gejala glaukoma
akut.
3). Tajam
penglihatan sangat
menurun.
4). Terdapat halo
atau pelangi di
sekitar lampu
yang dilihat.
5). Konjungtiva
bulbi kemotik atau
edema dengan
injeksi siliar.
6). Edema kornea
berat sehingga
kornea terlihat
keruh.
7). Bilik mata
depan sangat
dangkal dengan
efek tyndal yang
positif, akibat
timbulnya reaksi
radang uvea.
8). Pupil lebar
dengan reaksi
terhadap sinar
yang lambat.
9). Pemeriksaan
funduskopi sukar
dilakukan karena
terdapat
kekeruhan media
penglihatan.
10). Tekanan bola
mata sangat
tinggi.
11). Tekanan bola
mata antara dua
serangan dapat
sangat normal.
e. Pemeriksaan
Penunjang
Pengukuran
dengan tonometri
Schiotz
menunjukkan
peningkatan
tekanan.
Perimetri,
Gonioskopi, dan
Tonografi
dilakukan setelah
edema kornea
menghilang.
f. Penatalaksanaan
Penderita dirawat
dan dipersiapkan
untuk operasi.
Dievaluasi tekanan
intraokuler (TIO)
dan keadaan mata.
Bila TIO tetap tidak
turun, lakukan
operasi segera.
Sebelumnya
berikan infus
manitol 20%
300-500 ml, 60
tetes/menit. Jenis
operasi, iridektomi
atau filtrasi,
ditentukan
berdasarkan hasil
pemeriksaab
gonoskopi setelah
pengobatan
medikamentosa.
2. GLAUKOMA
KRONIK
a. Definisi
Glaukoma kronik
adalah penyakit
mata dengan
gejala peningkatan
tekanan bola mata
sehingga terjadi
kerusakan anatomi
dan fungsi mata
yang permanen.
b. Etiologi
Keturunan dalam
keluarga, diabetes
melitus,
arteriosklerosis,
pemakaian
kortikosteroid
jangka panjang,
miopia tinggi dan
progresif.
c. Manifestasi klinik
Gejala-gejala
terjadi akibat
peningkatan
tekanan bola mata.
Penyakit
berkembang
secara lambat
namun pasti.
Penampilan bola
mata seperti
normal dan
sebagian tidak
mempunyai
keluhan pada
stadium dini. Pada
stadium lanjut
keluhannya
berupa pasien
sering menabrak
karena pandangan
gelap, lebih kabur,
lapang pandang
sempit, hingga
kebutaan
permanen.
d. Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan
tekanan bola mata
dengan palpasi
dan tonometri
menunjukkan
peningkatan. Nilai
dianggap
abnormal 21-25
mmHg dan
dianggap patologik
diatas 25 mmHg.
Pada funduskopi
ditemukan
cekungan papil
menjadi lebih lebar
dan dalam,
dinding cekungan
bergaung, warna
memucat, dan
terdapat
perdarahan papil.
Pemeriksaan
lapang pandang
menunjukkan
lapang pandang
menyempit,
depresi bagian
nasal, tangga
Ronne, atau
skotoma busur.
e. Penatalaksanaan
Pasien diminta
datang teratur 6
bulan sekali, dinilai
tekanan bola mata
dan lapang
pandang. Bila
lapang pandang
semakin
memburuk,meski
hasil pengukuran
tekanan bola mata
dalam batas
normal, terapi
ditingkatkan.
Dianjurkan
berolahraga dan
minum harus
sedikit-sedikit.
D. PATHWAY
GLAUKOMA
Usia > 40 th
DM
Kortikosteroid
jangka panjang
Miopia
Trauma mata
Obstruksi jaringan
peningkatan
tekanan
Trabekuler Vitreus
Hambatan
pengaliran
pergerakan iris
kedepan
Cairan humor
aqueous
TIO meningkat
Glaukoma TIO
Meningkat
Gangguan saraf
optik tindakan
operasi
Perubahan
penglihatan
Perifer
Kebutaan
E. ASUHAN
KEPERAWATAN
1). Pengkajian
a) Aktivitas /
Istirahat :
Perubahan
aktivitas biasanya /
hobi sehubungan
dengan gangguan
penglihatan.
b) Makanan /
Cairan :
Mual, muntah
(glaukoma akut)
c) Neurosensori :
Gangguan
penglihatan
(kabur/tidak jelas),
sinar terang
menyebabkan
silau dengan
kehilangan
bertahap
penglihatan
perifer, kesulitan
memfokuskan
kerja dengan
dekat/merasa di
ruang gelap
(katarak).
Penglihatan
berawan/kabur,
tampak lingkaran
cahaya/pelangi
sekitar sinar,
kehilangan
penglihatan
perifer, fotofobia
(glaukoma akut).
Perubahan
kacamata/
pengobatan tidak
memperbaiki
penglihatan.
Tanda :
Papil menyempit
dan merah/mata
keras dengan
kornea berawan.
Peningkatan air
mata.
d) Nyeri /
Kenyamanan :
Ketidaknyamanan
ringan/mata berair
(glaukoma kronis)
Nyeri tiba-tiba/
berat menetap
atau tekanan pada
dan sekitar mata,
sakit kepala
(glaukoma akut).
e) Penyuluhan /
Pembelajaran
Riwayat keluarga
glaukoma, DM,
gangguan sistem
vaskuler.
Riwayat stres,
alergi, gangguan
vasomotor
(contoh:
peningkatan
tekanan vena),
ketidakseimbanga
endokrin.
Terpajan pada
radiasi, steroid/
toksisitas
fenotiazin.
2). Pemeriksaan
Diagnostik
(1) Kartu mata
Snellen/mesin
Telebinokular (tes
ketajaman
penglihatan dan
sentral
penglihatan) :
Mungkin
terganggu dengan
kerusakan kornea,
lensa, aquous atau
vitreus humor,
kesalahan refraksi,
atau penyakit
syaraf atau
penglihatan ke
retina atau jalan
optik.
(2) Lapang
penglihatan :
Penurunan
mungkin
disebabkan CSV,
massa tumor
pada hipofisis/
otak, karotis atau
patologis arteri
serebral atau
glaukoma.
(3) Pengukuran
tonografi :
Mengkaji
intraokuler (TIO)
(normal 12-25
mmHg)
(4) Pengukuran
gonioskopi :Memb
membedakan
sudut terbuka dari
sudut tertutup
glaukoma.
(5) Tes
Provokatif :diguna
dalam
menentukan tipe
glaukoma jika TIO
normal atau hanya
meningkat ringan.
(6) Pemeriksaan
oftalmoskopi:Meng
struktur internal
okuler, mencatat
atrofi lempeng
optik, papiledema,
perdarahan retina,
dan
mikroaneurisma.
(7) Darah lengkap,
LED :Menunjukkan
anemia sistemik/
infeksi.
(8) EKG, kolesterol
serum, dan
pemeriksaan lipid:
Memastikan
aterosklerosisi,PAK.
(9) Tes Toleransi
Glukosa :menentu
adanya DM.
F. Diagnosa
Keperawatan Dan
Intervensi
a. Nyeri b/d
peningkatan
tekanan intra
okuler (TIO) yang
ditandai dengan
mual dan muntah.
Tujuan : Nyeri
hilang atau
berkurang
Kriteria hasil :
- pasien
mendemonstrasik
pengetahuan akan
penilaian
pengontrolan
nyeri
- pasien
mengatakan nyeri
berkurang/hilang
- ekspresi wajah
rileks
Intervensi :
- kaji tipe intensitas
dan lokasi nyeri
- kaji tingkatan
skala nyeri untuk
menentukan dosis
analgesik
- anjurkan istirahat
ditempat tidur
dalam ruangan
yang tenang
- atur sikap fowler
300 atau dalam
posisi nyaman.
- Hindari mual,
muntah karena ini
akan
meningkatkan TIO
- Alihkan perhatian
pada hal-hal yang
menyenangkan
- Berikan analgesik
sesuai anjuran
b. Gangguan
persepsi sensori :
penglihatan b.d
gangguan
penerimaan;gangg
status organ
ditandai dengan
kehilangan lapang
pandang
progresif.
Tujuan :
Penggunaan
penglihatan yang
optimal
Kriteria Hasil:
- Pasien akan
berpartisipasi
dalam program
pengobatan
- Pasien akan
mempertahankan
lapang ketajaman
penglihatan tanpa
kehilangan lebih
lanjut.
Intervensi :
- Pastikan derajat/
tipe kehilangan
penglihatan
- Dorong
mengekspresikan
perasaan tentang
kehilangan /
kemungkinan
kehilangan
penglihatan
- Tunjukkan
pemberian tetes
mata, contoh
menghitung
tetesan, menikuti
jadwal, tidak salah
dosis
- Lakukan tindakan
untuk membantu
pasien
menanganiketerba
penglihatan,
contoh, kurangi
kekacauan,atur
perabot, ingatkan
memutar kepala
ke subjek yang
terlihat; perbaiki
sinar suram dan
masalah
penglihatan
malam.
- Kolaborasi obat
sesuai dengan
indikasi
c. Ansitas b. d
faktor fisilogis,
perubahan status
kesehatan, adanya
nyeri,
kemungkinan/
kenyataan
kehilangan
penglihatan
ditandai dengan
ketakutan, ragu-
ragu, menyatakan
masalah tentang
perubahan
kejadian hidup.
Tujuan : Cemas
hilang atau
berkurang
Kriteria Hasil:
- Pasien tampak
rileks dan
melaporkan
ansitas menurun
sampai tingkat
dapat diatasi.
- Pasien
menunjukkan
ketrampilan
pemecahan
masalah
- Pasien
menggunakan
sumber secara
efektif
Intervensi :
- Kaji tingkat
ansitas, derajat
pengalaman nyeri/
timbul nya gejala
tiba-tiba dan
pengetahuan
kondisi saat ini.
- Berikan informasi
yang akurat dan
jujur. Diskusikan
kemungkinan
bahwa
pengawasan dan
pengobatan
mencegah
kehilangan
penglihatan
tambahan.
- Dorong pasien
untuk mengakui
masalah dan
mengekspresikan
perasaan.
- Identifikasi
sumber/orang
yang menolong.
d. Kurang
pengetahuan
(kebutuhan
belajar) tentang
kondisi,
prognosis, dan
pengobatan b.d
kurang terpajan/
tak mengenal
sumber, kurang
mengingat, salah
interpretasi,
ditandai
dengan ;pertanyaa
pernyataan salah
persepsi, tak
akurat mengikuti
instruksi, terjadi
komplikasi yang
dapat dicegah.
Tujuan : Klien
mengetahui
tentang
kondisi,prognosis
dan
pengobatannya.
Kriteria Hasil:
- pasien
menyatakan
pemahaman
kondisi,
prognosis, dan
pengobatan.
- Mengidentifikasi
hubungan antar
gejala/tanda
dengan proses
penyakit
- Melakukan
prosedur dengan
benar dan
menjelaskan
alasan tindakan.
Intervensi :
- Diskusikan
perlunya
menggunakan
identifikasi,
- Tunjukkan tehnik
yang benar
pemberian tetes
mata.
- Izinkan pasien
mengulang
tindakan.
- Kaji pentingnya
mempertahankan
jadwal obat,
contoh tetes mata.
Diskusikan obat
yang harus
dihindari, contoh
midriatik,
kelebihan
pemakaian steroid
topikal.
- Identifikasi efek
samping/reaksi
merugikan dari
pengobatan
(penurunan nafsu
makan, mual/
muntah,
kelemahan,
jantung tak teratur
dll.
- Dorong pasien
membuat
perubahan yang
perlu untuk pola
hidup
- Dorong
menghindari
aktivitas,seperti
mengangkat
berat/men
dorong,
menggunakan
baju ketat dan
sempit.
- Diskusikan
pertimbangan diet,
cairan adekuat dan
makanan berserat.
- Tekankan
pemeriksaan rutin.
- Anjurkan
anggota keluarga
memeriksa secara
teratur tanda
glaukoma.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar