A. Definisi
- Kematian janin dalam
kandungan disebut Intra
Uterin Fetal Death (IUFD),
yakni kematian yang
terjadi saat usia kehamilan
lebih dari 20 minggu atau
pada trimester kedua dan
atau yang beratnya 500
gram. Jika terjadi pada
trimester pertama disebut
keguguran atau abortus.
- Ada juga pendapat lain
yang mengatakan
kematian janin dalam
kehamilan adalah
kematian janin dalam
kehamilan sebelum
proses persalinan
berlangsung pada usia
kehamilan 28 minggu ke
atas atau berat janin 1000
gram ke atas.
• Klasifikasi
Kematian janin dapat
dibagi menjadi 4
golongan, yaitu:
1. Golongan I: kematian
sebelum massa kehamilan
mencapai 20 minggu
penuh
2. Golongan II: kematian
sesudah ibu hamil 20-28
minggu
3. Golongan III: kematian
sesudah masa kehamilan
>28 minggu (late fetal
death)
4. Golongan IV: kematian
yang tidak dapat
digolongkan pada ketiga
golongan di atas
B. Etiologi
1. Fetal, penyebab 25-40%
• Anomali/malformasi
kongenital mayor : Neural
tube defek, hidrops,
hidrosefalus, kelainan
jantung congenital
• Kelainan kromosom
termasuk penyakit
bawaan. Kematian janin
akibat kelainan genetik
biasanya baru terdeteksi
saat kematian sudah
terjadi, melalui otopsi
bayi. Jarang dilakukan
pemeriksaan kromosom
saat janin masih dalam
kandungan. Selain
biayanya mahal, juga
sangat berisiko. Karena
harus mengambil air
ketuban dari plasenta janin
sehingga berisiko besar
janin terinfeksi, bahkan
lahir prematur.
• Kelainan kongenital
(bawaan) bayi
Yang bisa mengakibatkan
kematian janin adalah
hidrops fetalis, yakni
akumulasi cairan dalam
tubuh janin. Jika
akumulasi cairan terjadi
dalam rongga dada bisa
menyebabkan hambatan
nafas bayi. Kerja jantung
menjadi sangat berat
akibat dari banyaknya
cairan dalam jantung
sehingga tubuh bayi
mengalami
pembengkakan atau
terjadi kelainan pada paru-
parunya.
• Janin yang hiperaktif
Gerakan janin yang
berlebihan -apalagi hanya
pada satu arah saja- bisa
mengakibatkan tali pusat
yang menghubungkan
ibu dengan janin
terpelintir. Akibatnya,
pembuluh darah yang
mengalirkan suplai
oksigen maupun nutrisi
melalui plasenta ke janin
akan tersumbat. Tak
hanya itu, tidak menutup
kemungkinan tali pusat
tersebut bisa membentuk
tali simpul yang
mengakibatkan janin
menjadi sulit bergerak.
Hingga saat ini kondisi tali
pusat terpelintir atau
tersimpul tidak bisa
terdeteksi. Sehingga, perlu
diwaspadai bilamana ada
gejala yang tidak biasa
saat hamil.
• Infeksi janin oleh bakteri
dan virus
2. Placental, penyebab
25-35%
• Abruption
• Kerusakan tali pusat
• Infark plasenta
• Infeksi plasenta dan
selaput ketuban
• Intrapartum asphyxia
• Plasenta Previa
• Twin to twin transfusion
S
• Chrioamnionitis
• Perdarahan janin ke ibu
• Solusio plasenta
3. Maternal, penyebab
5-10%
• Antiphospholipid
antibody
• DM
• Hipertensi
• Trauma
• Abnormal labor
• Sepsis
• Acidosis/ Hypoxia
• Ruptur uterus
• Postterm pregnancy
• Obat-obat
• Thrombophilia
• Cyanotic heart disease
• Epilepsy
• Anemia berat
• Kehamilan lewat waktu
(postterm)
Kehamilan lebih dari 42
minggu. Jika kehamilan
telah lewat waktu,
plasenta akan mengalami
penuaan sehingga
fungsinya akan
berkurang. Janin akan
kekurangan asupan nutrisi
dan oksigen. Cairan
ketuban bisa berubah
menjadi sangat kental dan
hijau, akibatnya cairan
dapat terhisap masuk ke
dalam paru-paru janin.
Hal ini bisa dievaluasi
melalui USG dengan color
doppler sehingga bisa
dilihat arus arteri
umbilikalis jantung ke
janin. Jika demikian, maka
kehamilan harus segera
dihentikan dengan cara
diinduksi. Itulah perlunya
taksiran kehamilan pada
awal kehamilan dan akhir
kehamilan melalui USG.
4. Sekitar 10 % kematian
janin tetap tidak dapat
dijelaskan.Kesulitan dalam
memperkirakan kausa
kematian janin tampaknya
paling besar pada janin
preterm.
C. Epidemiologi
4.5/ 1000 total births
Gestation (weeks) Mean
incidence fetal death
(percent)
5-7 17.5
8-11 50.6
12-15 47.0
16-19 32.8
20-27 10.7
Total 5-27 3.0
D. Manifestasi Klinis
• DJJ tidak terdengar
• Uterus tidak membesar,
fundus uteri turun
• Pergerakan anak tidak
teraba lagi oleh pemeriksa
• Palpasi anak menjadi
tidak jelas
• Reaksi biologis menjadi
negatif setelah anak mati
kurang lebih 10 hari
? Bila janin yang mati
tertahan 5 minggu atau
lebih, kemungkinan
Hypofibrinogenemia 25%.
E. Faktor Resiko
1. Status sosial ekonomi
rendah
2. Tingkat pendidikan ibu
yang rendah
3. Usia ibu >30 tahun atau
<20 tahun
4. Partias pertama dan
partias kelima atau lebih
5. Kehamilan tanpa
pengawasan antenatal
6. Kehamilan tanpa
riwayat pengawasan
kesehatan ibu yang
inadekuat
7. Riwayat kehamilan
dengan komplikasi medik
atau obstetrik
F. Patofisiologi dan
Patogenesis
• Patologi
Bila janin mati dalam
kehamilan yang telah
lanjut terjadilah
perubahan- perubahan
sebagai berikut :
1. Rigor mostis (tegang
mati) Berlangsung 2,5 jam
setelah mati, kemudian
lemas kembali.
2. Stadium maserasi I
Timbul lepuh-lepuh pada
kulit, mula-mula terisi
cairan jernih tapi
kemudian menjadi merah.
Stadium ini berlangsung
48 jam setelah mati.
3. Stadium maserasi II
Lepuh-lepuh pecah dan
mewarnai air ketuban
menjadi merah coklat,
stadium ini berlangsung
48 jam setelah anak mati.
4. Stadium maserasi III
Terjadi kira-kira 3 minggu
setelah anak mati. Badan
janin sangat lemas,
hubungan antara tulang-
tulang sangat longgar dan
terdapat oedem dibawah
kulit.
• Kematian janin dapat
terjadi akibat gangguan
pertumbuhan janin,
gawat janin atau kelainan
bawaan atau akibat infeksi
yang tidak terdiagnosis
sebelumnya sehingga
tidak diobati.
G. Penegakkan Diagnosis
a. Anamnesis -
Ibu tidak merasakan
gerakan jnin dalam
beberapa hari atau
gerakan janin sangat
berkurang
- Ibu merasakan perutnya
bertambah besar, bahkan
bertambah kecil atau
kehamilan tidak seperti
biasanya. - Ibu
belakangan ini merasa
perutnya sering menjadi
keras dan merasakan sakit
seperti mau melahirkan. -
Penurunan berat badan
- Perubahan pada
payudara atau nafsu
makan
b. Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi
- tidak kelhiatan gerakan-
gerakan janin, yang
biasanya dapat terlihat
terutama pada ibu yang
kurus - Penurunan atau
terhentinya peningkatan
bobot berat badan ibu
- Terhentinya perubahan
payudara
• Palpasi
- Tinggi fundus uteri lebih
rendah dari seharusnya
tua kehamilan ; tdak teraba
gerakan- gerakan janin
- Dengan palpasi yang
teliti dapat dirasakan
adanya krepitasi pada
tulang kepala janin.
• Auskultasi
- baik memakai stetoskop
monoral maupun
doptone tidak akan
terdengan denyut jantung
janin
c. Pemeriksaan Lab
- reaksi biologis negative
setelah 10 hari janin mati
- hipofibrinogenemia
setelah 4-5 minggu janin
mati
d. Pemeriksaan
Tambahan
- Ultrasound:
- gerak anak tidak ada
- denyut jantung anak
tidak ada
- tampak bekuan darah
pada ruang jantung janin
- X-Ray :
1. Spalding ¡’s sign (+) :
tulang-tulang tengkorak
janin saling tumpah tindih,
pencairan otak dapat
menyebabkan
overlapping tulang
tengkorak.
2. Nanjouk¡’s sign (+) :
tulang punggung janin
sangat melengkung
3. Robert ¡’s sign (+) :
tampak gelembung-
gelembung gas pada
pembuluh darah besar.
Tanda ini ditemui setelah
janin mati paling kurang
12 jam
4. Adanya akumulasi gas
dalam jantung dan
pembuluh darah besar
janin
H. Penatalaksanaan
• Bila disangka telah terjadi
kematian janin dalam
rahim tidak usah terburu-
buru bertindak, sebaiknya
diobservasi dulu dalam
2-3 minggu untuk
mencari kepastian
diagnosis.
• Biasanya selama masih
menunggu ini 70-90 %
akan terjadi persalinan
yang spontan ? Jika
pemeriksaan Radiologik
tersedia, konfirmasi
kematian janin setelah 5
hari. Tanda-tandanya
berupa overlapping tulang
tengkorak, hiperfleksi
columna vertebralis,
gelembung udara didalam
jantung dan edema
scalp. ? USG merupakan
sarana penunjang
diagnostik yang baik
untuk memastikan
kematian janin dimana
gambarannya
menunjukkan janin tanpa
tanda kehidupan, tidak ada
denyut jantung janin,
ukuran kepala janin dan
cairan ketuban
berkurang. ? Dukungan
mental emosional perlu
diberikan kepada pasien.
Sebaiknya pasien selalu
didampingi oleh orang
terdekatnya. Yakinkan
bahwa kemungkinan
besar dapat lahir
pervaginam. ? Pilihan cara
persalinan dapat secara
aktif dengan induksi
maupun ekspektatif, perlu
dibicarakan dengan pasien
dan keluarganya sebelum
keputusan diambil. ? Bila
pilihan penanganan adalah
ekspektatif maka tunggu
persalinan spontan hingga
2 minggu dan yakinkan
bahwa 90 % persalinan
spontan akan terjadi tanpa
komplikasi ? Jika trombosit
dalam 2 minggu menurun
tanpa persalinan spontan,
lakukan penanganan
aktif. ? Jika penanganan
aktif akan dilakukan,
nilai servik yaitu :
- Jika servik
matang,lakukan induksi
persalinan dengan
oksitosin atau
prostaglandin.
- Jika serviks belum
matang, lakukan
pematangan serviks
dengan prostaglandin atau
kateter foley, dengan
catatan jangan lakukan
amniotomi karena berisiko
infeksi
- Persalinan dengan seksio
sesarea merupakan
alternatif terakhir ? Jika
persalinan spontan tidak
terjadi dalam 2 minggu,
trombosit menurun dan
serviks belum matang,
matangkan serviks
dengan misoprostol:
- Tempatkan mesoprostol
25 mcg dipuncak vagina,
dapat diulang sesudah 6
jam
- Jika tidak ada respon
sesudah 2x25 mcg
misoprostol, naikkan
dosis menjadi 50mcg
setiap 6 jam. Jangan
berikan lebih dari 50 mcg
setiap kali dan jangan
melebihi 4 dosis. ? Jika ada
tanda infeksi, berikan
antibiotika untuk metritis. ?
Jika tes pembekuan
sederhana lebih dari 7
menit atau bekuan mudah
pecah, waspada
koagulopati ? Berikan
kesempatan kepada ibu
dan keluarganya untuk
melihat dan melakukan
kegiatan ritual bagi janin
yang meninggal
tersebut. ? Pemeriksaan
patologi plasenta adalah
untuk mengungkapkan
adanya patologi plasenta
dan infeksi
• Bila setelah 3 minggu
kematian janin dalam
kandungan atau 1 minggu
setelah diagnosis. Partus
belum mulai maka wanita
harus dirawat agar dapat
dilakukan induksi
persalinan
• Induksi partus dapat
dimulai dengan
pemberian esterogen
untuk mengurangi efek
progesteron atau
langsung dengan
pemberian oksitosin drip
dengan atau tanpa
amniotomi. ? Protokol
bayi lahir mati Tabel.
Protokol untuk
pemeriksaan bayi lahir
mati ? Gambaran umum ?
Malformasi ? Noda kulit ?
Derajat maserasi ? Warna
- pucat, pletorik ? Tali
pusat ? Prolaps ? Lilitan
leher ? Hematom atau
striktur ? Jumlah
pembuluh ? Panjang ?
Cairan amnion ? Warna:
mekonium, darah ?
Konsistensi ? Volume ?
Plasenta ? Berat ? Bekuan
lekat ? Kelainan struktur:
lobus sirkumvalata atau
aksesorius, insersi
velamentosa ? Edema:
kelainan hidropik ? Selaput
ketuban ? Ternoda ?
Menebal ? Penanganan
terhadap hasil konsepsi
Adalah penting untuk
menyarankan kepada
pasien dan keluarganya
bahwa bukanlah suatu
emergensi dari bayi yang
sudah meninggal :
a. Jika uterus tidak lebih
dari 12 minggu kehamilan
maka pengosongan
uterus dilakukan dengan
kuret suction b. Jika
ukuran uterus antara
12-28 minggu, dapat
digunakan prostaglandin
E2 vaginal supositoria
dimulai dengan dosis 10
mg,
c. Jika kehamilan > 28
minggu dapat dilakukan
induksi dengan oksitosin.
Selama periode
menunggu diusahakan
agar menjaga mental/
psikis pasien yang sedang
berduka karena kematian
janin dalam
kandungannya.
? Penanganan wanita
dengan riwayat lahir mati
Kematian janin adalah
suatu kejadian traumatik
psikologik bagi wanita dan
keluarganya. Radestat
mendapatkan bahwa
interval yang lebih dari 24
jan sejak diagnosa
kematian janin sampai
induksi
persalinanberkaitan
dengan ansietas
berlebihan. Faktor lain
yang berperan adalah
apabila wanita yang
bersangkutan tidak
melihat bayinya selama
yang ia inginkan dan
apabila iatidak memiliki
barang kenangan Dapat
timbul kecemasan pada
ibu sampai gejala depresi
dan gejala somatisasi
yang dapat bertahan
sampai lebih dari 6 bulan.
Seorang wanita yang
pernah melahirkan bayi
meninggal, telah lama
dianggap memiliki resiko
yang lebih besar
mengalami gangguan
hasil kehamilan pada
kehamilan berikutnya.
Beberapa penelitian
menyebutkan kisaran
angka kekambuhan lahir
mati antara 0 sampai 8
persen. Kematian janin
sebelumnya walaupun
tidak semua lahir mati
menyebabkan gangguan
hasil pada kehamilan
berikutnya. Evaluasi
prenatal pnting dilakukan
untuk memastikan
penyebab. Apabila
penyebab lahir mati
terdahulu adalah kelainan
karyotipe atau kausa
poligenik, pengambilan
sample villus khorionik
atau amniosintesis dapat
mempermudah deteksi
dini dan memungkinkan
dipertimbangkannya
terminasi kehamilan.
Pada diabetes, cukup
banyak kematian perinatal
yang berkaitan dengan
kelainan congenital.
Pengendalian glikemik
intensif pada periode
perikonsepsi dilaporkan
menurunkan insiden
malformasi dan secara
umum memperbaiki hasil.
0 komentar:
Posting Komentar